Jumat, 07 Juni 2013

Maggot (larva lalat)



PEMBAHASAN
1. Karakteik Maggot (larva lalat)
Maggot alias belatung sebenarnya larva lalat Hermetia illucens. Namun, jangan dibayangkan rupa hermetia dewasa itu seperti lalat rumah Musca domestica atau lalat hijau Lucia soricata. Lalat hermetia berwarna hitam pekat sehingga dijuluki black soldier. Sosoknya mimikri - menyerupai bentuk - tabuhan Trypoxylon politum, sebangsa lebah. Hermetia dijumpai hidup di sela-sela tanaman penutup tanah wedelia Wedelia trilobata yang gampang ditemui di sekitar lingkungan tempat tinggal.
BelatungBelatungSaat  menetas, larva instar pertama kira-kira 2 mm, panjang tumbuh sebelum shedding kulit sekitar 5 mm. Larva instar kedua tumbuh menjadi sekitar 10 mm sebelum mereka melepaskan kulit mereka menjadi larva instar ketiga. Larva instar ketiga tumbuh antara 15 mm dan 20 mm sebelum berkelana sebagai pra-kepompong.
           



Gambar 1 : Larva Instar I                                           Gambar 2 : Larva Instar II
                                                                         



Belatung
 




Gambar 3 : Larva instar III
Maggot (larva lalat) adalah mesin makan yang luar biasa. Ujung-ujung depan mereka dipersenjatai dengan mulut kait yang digunakan untuk mengoyak daging busuk/mayat. Ujung belakang mereka terdiri dari sebuah kamar, di mana anus mereka dan posterior terletak pada spiracles. (Mereka juga memiliki spiracles anterior). Spiracles digunakan untuk bernapas, dan kepemilikan spiracles di lokasi posterior membuat belatung dapat makan 24 jam sehari.
Antara kepala dan ekor blatung  terdapat otot, tersegmentasi tubuh, usus sederhana dan sepasang kelenjar ludah yang sangat besar. Mereka menggeliat dengan mudah melalui mayat, mensekresi enzim pencernaan dan menyebarkan bakteri pembusuk yang membantu menciptakan lingkungan tebal.
2. Kandungan Gizi Maggot
Maggot kaya nutrisi, kandungan protein maggot mencapai 40%. Kadar ini lebih tinggi ketimbang nilai protein pelet buatan, sekitar 20 - 25% .Protein penting bagi kelangsungan hidup ikan, terutama untuk pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Mari kita lihat asam amino yang dikandung oleh maggot melalui Analisa Proksimat  yang memang dibutuhkan oleh ikan.
Methionine          0.83 gram/100 gram protein
l-ys'ne                2.21 gram/100 gram protein
Isoleudne             1.51 gram/100 gram protein
Hlstidlne              0.96 gram/100 gram protein
Leucme               2.61 gram/100 gram protein
Phenylalanie        1.49 gram/100 gram protein
valine                  1.77 gram/100 gram protein
l-AI'8'mne           1.77 gram/100 gram protein
Threonine           1 .41 gram/100 gram protein
Tryptophan          0.59 gram/100 gram protein
Hasil uji maggot sebagai pakan memakai ikan hias langka asal perairan di Jambi dan Kalimantan Barat, balashark Balantiochelius melanopterus berbobot 1 - 2 g/ekor memuaskan. Asupan 70% pelet udang dan 30% maggot sebagai pakan selama 12 pekan membuat ikan balashark tumbuh 3 kali lebih besar daripada kontrol yang diberi 100% pelet udang. Tingkat kelulusan hidup alias survival rate balashark naik 2 kali lipat menjadi 90% dari sebelumnya 65% pada fase pembesaran.
Begitu pula daya tahan ikan yang masuk daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) terhadap penyakit itu terdongkrak berlipat ganda. Indikasi ini tergambar jelas dari peningkatan jumlah sel darah putih dari 2-juta sel/mm3 menjadi di atas 3-juta sel/mm3. Di tubuh, sel darah putih adalah pasukan tempur penggempur penyakit. Sel darah merah yang bertugas menyebarkan sari-sari makanan ke seluruh tubuh pun melambung sampai 4.500 sel/mm3 dari sebelumnya 2.800 sel/mm3. Efeknya sari-sari makanan lebih cepat diserap tubuh menjadi energi.
Di luar maggot yang berbasis protein hewani, kiambang Lemna minor juga potensial menjadi pakan lele. Kadar proteinnya setara maggot, 43%. Itu yang terungkap dari penelitian pascasarjana R Zaenal Arifin di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung (SITH ITB). Menurut Zaenal kiambang yang dibuat tepung dapat menggantikan tepung ikan hingga 45%.
 Percobaan pelet yang dibuat dari campuran 55% tepung ikan dan 45% kiambang memacu pertumbuhan lele sangkuriang hingga 2,91% bobot tubuh per hari. Jika digunakan dalam budidaya lele pada kolam seluas 1.000 m2 dengan padat tebar 200 ekor/m2, pemakaian pelet ini dapat menekan biaya pakan sampai Rp400.000/siklus budidaya.
Jumlah itu terbilang kecil, sekitar 8% dari total biaya pakan. Namun, sejatinya penggunaan kiambang sebagai pengganti pelet bisa dioptimalkan jika difermentasi dulu. 'Kiambang segar masih kaya serat, sehingga sulit dicerna ikan karnivor seperti lele,' ujar Dr Gede Suantika, peneliti akuakultur SITH ITB. Fermentasi bertujuan menurunkan kadar oligosakarida dan menghilangkan Anti Nutrition Factor (ANF)-nutrisi yang sulit dicerna dan menghambat pertumbuhan ikan.

3.    Manfaat Maggot dalam Dunia Perikanan
Riset LRBIHAT memakai ikan hias botia Chromobotia macracanthus menunjukkan hasil serupa. Botia umur sebulan yang diberi pakan maggot pertumbuhannya terdongkrak 2 kali lipat ketimbang ikan asal sungai-sungai di Sumatera dan Kalimantan itu yang diasup pakan bloodworm dan cacing tanah.
Uji lain memakai ikan konsumsi seperti lele Clarias gariepinus, nila Oreochromis niloticus, dan toman Chana micropeltes memperlihatkan efek sama. Pengujian tim Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi pada Januari - Desember 2006 pada lele bahkan menunjukkan penurunan signifikan nilai FCR (rasio konversi pakan). Dengan memakai campuran 50% maggot pada pakan pelet, nilai FCR turun menjadi 1,16 dari sebelumnya, 1,42. Di sini ada selisih nilai FCR sebesar 0,26. Artinya untuk mencetak sekilo lele cukup membutuhkan 1,16 kg pakan.
Pembesar lele di Kulonprogo, Yogyakarta, membutuhkan 350 kg pelet selama 2 bulan untuk membesarkan 4.000 bibit ukuran 3 - 5 cm. 'Ini dengan FCR sekitar 1,1. Dengan asumsi nilai FCR turun menjadi 0,9 setelah pakan dicampur 50% maggot, maka dapat menghemat pakan sebanyak 63 kg. Bila dikonversikan ke nilai rupiah dengan berpatokan harga per sak pelet isi 30 kg berkisar Rp190.000 - Rp200.000, ia mengirit Rp380.000 - Rp400.000.
4. Maggot sebagai pengganti Pelet
Maggot ternyata mampu menggantikan pelet sebagai pakan ternak alternatif untuk ikan. Selain kandungan gizinya tinggi, larva serangga itu juga ramah lingkungan karena tidak mengandung bahan pengawet dalam pembiakannya. Berikut temuan penelitian selengkapnya.
Selain mengetahui seluk-beluk bibit ikan yang bagus, beternak ikan juga harus memahami kondisi fisik air kolam pemeliharaan. Lalu, kejelian dalam memilih pakan juga diperlukan untuk menunjang keberhasilan budi daya ikan.
Pakan berfungsi sebagai sumber energi dan materi kehidupan dalam budi daya ikan. Karena itu, pakan mempunyai pengaruh penting terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Selama ini hampir sebagian besar peternak ikan masih mengandalkan pelet sebagai pakan ikan. Selain mudah didapat dan awet, proses pembuatannya relatif mudah. Karena itu, peternak bisa memproduksinya sendiri. Sayang, pelet berbahan pengawet dan mengakibatkan rusaknya lingkungan perairan. Pelet yang tidak termakan oleh ikan pun akan meninggalkan sisa. Ini menjadikan air keruh dan kotor.
Untuk itu, diperlukan alternatif pakan ikan alami. Salah satunya adalah maggot. Inilah yang mendorong Hartoyo dan Purnama Sukardi, peneliti dari Pusat Ahli Teknologi dan Kemitraan (Pattra) Lembaga Penelitian Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, meneliti makanan alternatif untuk ikan peliharaan. Peneliti ingin mencari pakan ikan alami yang ramah lingkungan. Memproduksi pakan ikan alami memang bukan hal mudah. Tapi, hal itu bukanlah pekerjaan sulit. Persoalannya terletak pada sarana dan prasarana yang tergolong cukup mahal untuk ukuran ekonomi masyarakat pedesaan secara umum. Selain itu, diperlukan keahlian khusus dalam pengoperasiannya. Pakan sebagai makanan ikan yang baik harus mengandung nilai gizi tinggi dan seimbang.
 Gizi utama dalam pakan ikan setidaknya mengandung unsur protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan air. Meski begitu, kebutuhan nutrisi ikan berubah-ubah dipengaruhi oleh berbagai faktor. Misalnya, jenis, ukuran, dan aktivitas ikan, dan macam pakan. Faktor lingkungan tempat ikan hidup juga berpengaruh. Misalnya, suhu air dan kadar oksigen terlarut dalam kolam. Jumlah pakan yang dibutuhkan ikan setiap hari berhubungan erat dengan bobot dan umurnya. Namun, persentase jumlahnya semakin berkurang dengan bertambahnya ukuran dan umur ikan. Rata-rata jumlah pakan harian yang dibutuhkan seekor ikan adalah 3 persen – 5 persen dari bobot total tubuhnya. Ikan berukuran kecil dan berumur muda membutuhkan jumlah pakan lebih banyak daripada ikan dewasa berukuran besar. Kebutuhan akan nutrisi ikan kecil juga lebih tinggi. Terlebih pada kebutuhan unsur proteinnya. Misalnya, ikan dengan bobot 250 gram, kebutuhan pakan harian 1,7 persen – 5,8 persen dari biomassanya. Sementara ikan yang bobotnya 600 gram, kebutuhan pakan hariannya hanya 1,3 persen – 3 persen dari biomassanya.
Protein berfungsi membentuk dan memperbaiki jaringan dan organ tubuh yang rusak. Pada kondisi tertentu protein digunakan sebagai sumber energi pada proses metabolisme. Karena itu, kadar protein pakan yang rendah akan menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi lambat. Daya tahan ikan juga menurun sehingga ikan akan mudah terserang penyakit.








 






Gambar 4 : Maggot yang dikeringkan
Maggot berasal dari telur lalat yang mengalami metamorfosis pada fase kedua setelah fase telur dan sebelum fase pupa yang kemudian berubah menjadi lalat dewasa. Larva itu hidup pada daging yang membusuk. Kadang juga menginvestasi pada luka hewan yang masih hidup. Termasuk pada manusia. Hasil penelitian menunjukkan, maggot ternyata bisa dikembangbiakkan pada media tertentu. Salah satunya limbah tahu. Dengan menambahkan ikan asin, ampas tahu ternyata cukup efektif menjadi media pembiakan maggot. Ikan asin berfungsi sebagai penarik lalat agar bertelur pada media yang kemudian menjadi maggot. Dalam prosesnya, penambahan ikan asin tidak boleh melebihi separo atau 50 persen dari berat ampas tahu. Pembiakan paling efektif jika ditambahkan 20 persen ikan asin dari berat ampas tahu. Bagaimana bila ampas tahu tidak ditambah dengan ikan asin? Atau ampas tahu dicampur ikan asin yang melebihi 50 persen dari ampas tahu? Yang terjadi adalah percuma karena tidak dapat menghasilkan maggot. Artinya, hal itu mengindikasikan bahwa lalat membutuhkan perbandingan ampas tahu dan ikan asin atau rucah dengan komposisi perbandingan tertentu secara tepat.
            Ikan asin atau ikan rucah berfungsi sebagai makanan maggot yang telah jadi. Keberadaannya juga diperlukan sebagai daya tarik lalat untuk bertelur pada media tersebut. Walaupun demikian, perbandingan ampas tahu dan ikan asin tidak berpengaruh terhadap kandungan protein pada maggot. Mengapa ampas tahu? Salah satu alasannya, selain untuk mengurangi pencemaran lingkungan, khususnya perairan, pada tepung ampas tahu masih terdapat kandungan gizi. Yaitu, protein (23,55 persen), lemak (5,54 persen), karbohidrat (26,92 persen), abu (17,03 persen), serat kasar (16,53 persen), dan air (10,43 persen).
Ketika ampas tahu dipilih untuk dijadikan media, diharapkan terjadi transfer energi dari ampas tahu pada maggot yang dihasilkan. Selain itu, sebagai limbah, ampas tahu mudah didapatkan dengan harga relatif terjangkau. Hal itu menjadikan teknologi pembiakan maggot merupakan teknologi yang murah dan mudah diaplikasikan. Diharapkan ada teknologi yang lebih aplikatif dan sederhana untuk memanfaatkan limbah ampas tahu sebagai pakan ikan, sehingga masyarakat mudah melakukannya. Selama ini para petani ikan sudah memanfaatkan limbah ampas tahu untuk pakan ikan. Namun, hal itu dilakukan secara langsung tanpa melalui proses terlebih dahulu. Padahal, ampas tahu tidak bisa diberikan kepada semua jenis ikan. Selain itu, hal ini dapat berdampak negatif, baik pada ikan maupun lingkungan hidup. Terlebih limbah tahu cair, yaitu sisa air tahu yang tidak menggumpal sehingga mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut. Selanjutnya, terjadi perubahan secara fisika, kimia, dan hayati yang menghasilkan zat beracun. Tentu hal itu menjadi media potensial bagi tumbuhnya kuman penyakit.


5. Pembudidayaan Maggot
Memperbanyak maggot dapat dilakukan dengan mudah yaitu menggunakan media limbah bungkil kelapa sawit. Dan untuk lebih jelasnya kami jabarkan dibawah ini agar para pembaca dapat mengambil manfaat dan tentu saja menerapkannya dalam unit usaha budidayanya.
Bahan :
Bungkil kelapa sawit diayak 50 Kg, air 75 Kg, jeroan 25 Kg, Black soldier, Hermetic Hlucens, wdah peneluran.
Langkah kerja :
  1. Semua bahan yang ada dicampurkan, kemudian ditaruh dalam wadah drum ditutup rapat sehingga terjadi reaksi fermentasi.
  2. Fermentasi dilakukan selama 21 hart
  3. Setelah itu taruh hasil fermentasi  dalam wadah peneluran yang akan mengundang kedatangan Black
  4. soldier untuk bertelur dipinggiran drum. Telur yang dihasilkan berwarna putih susu kekuningan
  5. Telur tersebut dipindahkan kedalam wadah penetasan dalam bentuk apa saja karena tidak memerlukan kandang tertentu. Setelah 12 hari telur akan menetas dan menjadi apa yang kita sebut Maggot
  6. Setelah pemeliharaan 12 hari Maggot tersebut dapat langsung kita berikan

                    












 




















 






Gambar 5 : Proses Pemeliharaan Larva  Maggot
Selain menggunakan bungkil kelapa sawit juga dapat menggunakan ampas tahu tetapi jenis lalat yang digunakan berbeda yaitu Calliphora sp, lalat hijau, untuk menghasilkan maggot dari jenis lalat ini memerlukan kandang induk/ shelter dengan kantong untuk pemanenan yang didalamnya diberikan limbah insang sebagai atraktan dan selama pemeliharaan diberikan ampas tahu. Setelah D5 Maggot tersebut dapat digunakan sebagai pakan terkadang diberikan enrichment buah galinggem, selain sebagai vitamin juga merubah maggot menjadi lebih berwarna kemerahan sehingga menarik perhatian beberapa jenis ikan untuk melahapnya.

Maggot yang menjijikkan ini diharapkan menjadi salah satu jalan keluar agar pembudidaya dapat menggunakan limbah yang ada seperti ampas tahu yang dulu dibuang dpat digunakan sebagai pakan induk Calliphora sp, lalat hijau untuk menghasilkan maggot. Limbah yang tadinya hanya untuk dibuang ternyata jika diteliti kembali dapat digunakan mrnjadi sesuatu yang berguna, ini juga seharusnya menjadi motivasi para generasi muda yang bergerak di bidang perikanan untuk terus berkarya dan menemukan inovasi terbaru.
Bagaimana halnya dengan usaha perikanan di daerah-daerah yang notabene sumberdaya kelapa sawitnya tidak ada. Berbagai bahan lokal sebagai pengganti bungkil kelapa sawit banyak terdapat di sekitar lokasi budidaya. Pembudidaya ikan dapat mensiasati dengan memanfaatkan limbah industri yang relatif murah dan mudah diperoleh. Limbah industri yang biasanya hampir terdapat di setiap daerah adalah limbah ampas tahu. Dengan memegang prinsip bahwa larva maggot hidup pada daging yang membusuk, kita dapat memanfaatkan daging keong mas yang terkadang menjadi hama baik di sawah maupun kolam.
Pemanfaatan keong mas didasari bahwa murah, mudah diperoleh dan tidak berkompetisi dengan konsumsi manusia seperti halnya ikan asin atau ikan lainnya. Keberadaan keong mas diperlukan sebagai daya tarik lalat untuk bertelur pada media tersebut. Prinsip produksi maggot dengan media ampas tahu tidak jauh berbeda dengan menggunakan media kelapa sawit. Pemanfaatan berbagai macam media tidak mempengaruhi kandungan protein dari belatung itu sendiri.
Teknologi produksi belatung atau maggot ini merupakan teknologi yang murah, ramah lingkungan dan mudah diaplikasikan oleh segenap lapisan masyarakat. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah lokasi produksi belatung, tidak terlalu dekat dengan pemukiman. Hal ini untuk menghindari bau yang tidak sedap yang dapat menggangu masyarakat di sekitarnya.
6.Peluang Maggot dalam Dalam Dunia Perikanan
Peluang maggot menjadi pakan alternatif ikan memang terbuka lebar. Apalagi ia dapat menggantikan fungsi tepung ikan sebagai sumber protein pada pelet. Selama ini pabrik-pabrik pakan di tanahair masih bergantung pada tepung ikan impor dari negara Amerika Latin seperti Chili dan Peru. Berdasarkan data LRBIHAT impor tepung ikan Indonesia mencapai US$200-juta setiap tahun.
Produsen pakan ikan di Pakanbaru Jutie Limin, menuturkan konsumsi tepung ikan perusahaan miliknya dengan kapasitas produksi 100 - 200 kg pelet per hari meningkat 50% dibandingkan 3 tahun lalu. Kini pemilik Mutiara Mas Aquarium di bilangan Jalan Riau itu menyerap sampai 1 ton per bulan tepung ikan yang dipasok dari agen di Medan, Sumatera Utara. Komposisi tepung ikan pada pelet mencapai 20 - 30%.
Tidak selamanya negara produsen bisa menjamin pasokan tepung ikan. Itu paling tidak terlihat dari gejolak harga pakan berbahan baku tepung ikan impor yang banyak membuat peternak ketar-ketir. Contoh pelet lele. Sekitar 8 tahun lalu per sak isi 30 kg hanya Rp78.000, kini mencapai Rp190.000 - Rp200.000. 'Biaya pakan pelet menyerap 80% ongkos produksi,' kata Mirsi, peternak lele paiton di Cilegon, Provinsi Banten.
Maka dari itu munculnya maggot sebagai sumber pengganti tepung ikan sangat dinantikan. 'Tepung ikan berasal dari ikan tangkapan laut yang kini jumlah penangkapannya terus menurun. Padahal, kebutuhan pakan untuk ikan budidaya terus meningkat seiring meningkatnya konsumsi ikan akibat pertambahan jumlah penduduk,' kata Melta Rini. Saat ini konsumsi ikan Indonesia sekitar 15 kg/kapita/tahun. Jauh di bawah standar FAO sebesar 25 kg/kapita/tahun.
Maggot tidak sulit dibudidayakan. Media ampas tahu, tapioka, dan palm kernel meal alias bungkil kelapa sawit, dapat dipakai membiakkan larva lalat. Yang membedakan ragam media itu adalah produksi maggot. Sejauh ini media bungkil kelapa sawit terbaik. Riset LRBIHAT menunjukkan dengan 3 kg bungkil dapat diproduksi 1 kg maggot. Ampas tahu? Dengan jumlah sama paling pol menghasilkan 0,25 - 0,5 kg maggot.





7 komentar:

  1. Kalau pemkot bisa meyebarkan luaskan informasi ini kepada masyarakat,pasar,tentu sampah organik tidak akan bikin pusing,karena masalah sampah dikota besar kelihatannya selalu dipolistisir,jadinya gagal terus.Atau mereka ingin ini dijadikan duit,memang pejabat INA isi otaknya hanya duit melulu,lihat kasus korupsi di INA yang menyangkut banyak pejabat publik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untuk manteman smua yang mau maju dan mau berusaha terutama budidaya maggot, banyak panduan di youtube cari yang gratisan buat pemula.banyaklah bertanya dan banyak belajar supaya kemampuan kita bertambah terus.
      salam sukses, maju terus indonesia.

      Hapus
  2. Ini baru idee yang luar biasa utk mengurangi sampah organik dikota,tidak perlu modal besar,tolong juga gambar rumah maggot,supaya kita bisa bikin sendiri,sembari membantu pemkot mengurangi sampah organik.

    BalasHapus
  3. Kok tidak ada gambarnya,tolong dilengkapi,berita ini tolong juga dikirim ke menteri kelautan n perikanan,karena kata beliau iomprt tepung ikan dari luarn negeri seharga trillunan,sembari mengurangi sampah organik.

    BalasHapus
  4. Selamat pagi,
    Saya bermaksud untuk membudidayakan maggot di daerah Bandung.
    Apakah ada info dimana bisa didapat bibit berupa telur lalatnya?
    terimakasih sebelumnya.

    BalasHapus
  5. Selamat pagi , terimakasih artikelnya sangat membantu, saya sudah coba dan hasilnya luar biasa bagus, sekarang saya sudah buatkan kandang karena sudah ada ribuan lalattentara, semoga banyak yg berhasil, ini video kandang dan cara saya ternak lalat tentara https://www.youtube.com/watch?v=eU-RAOpfqMM , moga membantu, salam

    BalasHapus