Jumat, 07 Juni 2013

BEKICOT SEBAGAI PAKAN ALAMI




BEKICOT SEBAGAI PAKAN ALAMI
Siput atau keong adalah nama umum yang diberikan untuk hampir semua anggota kelas mollusca Gastropoda yang memiliki cangkang bergelung pada tahap dewasa. Kelas Gastropoda menempati urutan kedua terbanyak dari segi jumlah spesies anggotanya setelah insekta. Habitat, bentuk, tingkah laku, dan anatomi siputpun sangat bervariasi antar spesies.
Siput dapat ditemukan pada berbagai lingkungan yang berbeda; dari parit hingga gurun, bahkan hingga laut yang sangat dalam. Sebagian besar spesies siput adalah hewan laut. Banyak juga yang hidup di darat, air tawar, bahkan air payau. Kebanyakan siput merupakan herbivora, walaupun beberapa spesies yang hidup di darat dan laut dapat merupakan omnivora atau karnivora predator. Beberapa contoh hewan Gastropoda adalah bekicot (Achatina fulica), siput kebun (helix sp.), siput laut (Littorina sp.) dan siput air tawar (Limnaea sp.)
                   
Bekicot berasal dari Afrika Timur, tersebar keseluruh dunia dalam waktu relatif singkat, karena berkembang biak dengan cepat. Bekicot tersebar ke arah Timur sampai di kepulauan Mauritius, India, Malaysia, akhirnya ke Indonesia. bekicot jenis Achatina fulica masuk ke Indonesia pada tahun 1942 (masa pendudukan Jepang). Sampai saat ini, bekicot jenis Achanita fulica banyak terdapat di Pulau Jawa.

Bekicot diternakkan umumnya jenis Achatina fulica yang banyak disenangi orang, karena bekicot jenis ini banyak mengandung daging. Konon di Eropa, bekicot jenis ini digunakan sebagai bahan baku makanan yang disebut Escargot. Escargot semula berbahan baku Helix pomatia. Karena Helix pomatia lama kelamaan sulit diperoleh maka bekicot jenis Achatina fulica menggantikannya sebagai bahan baku Escargot..
Mollusca (dalam bahasa latin, molluscus = lunak) merupakan hewan yang bertubuh lunak.Tubuhnya lunak dilindungi oleh cangkang, meskipun ada juga yang tidak bercangkang.Hewan ini tergolong triploblastik selomata.Ciri tubuh Mollusca meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh.
Klasifikasi
Mollusca merupakan filum terbesar dari kingdom animalia.Molluska dibedakan menurut tipe kaki, posisi kaki, dan tipe cangkang, yaitu Gastropoda, Pelecypoda, dan Cephalopoda.
Gastropoda
gastropoda
Gastropoda (dalam bahasa latin, gaster = perut, podos = kaki) adalah kelompok hewan yang menggunakan perut sebagai alat gerak atau kakinya.Misalnya, siput air (Lymnaea sp.), remis (Corbicula javanica), dan bekicot (Achatia fulica).Hewan ini memiliki ciri khas berkaki lebar dan pipih pada bagian ventrel tubuhnya.Gastropoda bergerak lambat menggunakan kakinya.
Gastropoda darat terdiri dari sepasang tentakel panjang dan sepasang tentakel pendek.Pada ujung tentakel panjang terdapat mata yang berfungsi untuk mengetahui gelap dan terang.Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai alat peraba dan pembau.Gastropoda akuatik bernapas dengan insang, sedangkan Gastropoda darat bernapas menggunakan rongga mantel.
Ukuran dan bentuk tubuh
Ukuran dan bentuk mollusca sangat bervariasi.Misalnya siput yang panjangnya hanya beberapa milimeter dengan bentuk bulat telur.Namun ada yang dengan bentuk torpedo bersayap yang panjangnya lebih dari 18 m seperti cumi-cumi raksasa.
Struktur dan fungsi tubuh
Tubuh mollusca terdiri dari tiga bagian utama. Kaki merupakan penjulur bagian ventral tubuhnya yang berotot.Kaki berfungsi untuk bergerak merayap atau menggali.Pada beberapa molluska kakinya ada yang termodifikasi menjadi tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa. Massa viseral adalah bagian tubuh mollusca yang lunak.Massa viseral merupakan kumpulansebagaian besar organ tubuh seperti pencernaan, ekskresi, dan reproduksi. Mantel membentuk rongga mantel yang berisi cairan.Cairan tersebut merupakan lubang insang, lubang ekskresi, dan anus.Selain itu, mantel dapat mensekresikan bahan penyusun cangkang pada mollusca bercangkang.
Sistem saraf mollusca terdiri dari cincin saraf yang nengelilingi esofagus dengan serabut saraf yang melebar.Sistem pencernaan mollusca lengkap terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus.Ada pula yang memiliki rahang dan lidah pada mollusca tertentu.Lidah bergigi yang melengkung kebelakang disebut radula.Radula berfungsi untuk melumat makanan.Mollusca yang hidup di air bernapas dengan insang.Sedangkan yang hidup di darat tidak memiliki insang.Pertukaran udara mollusca dilakukan di rongga mantel berpembuluh darah yang berfungsi sebagai paru-paru.Organ ekskresinya berupa sepasang nefridia yang berperan sebagai ginjal.
Cara hidup dan habitat
Mollusca hidup secara heterotrof dengan memakan ganggang, udang, ikan ataupun sisa-sisa organisme.Habitatnya di air tawar, di laut dan didarat.Beberapa juga ada yang hidup sebagai parasit.
Reproduksi
Mollusca bereproduksi secara seksual dan masing-masing organ seksual saling terpisah pada individu lain.Fertilisasi dilakukan secara internal dan eksternal untuk menghasilkan telur.Telur berkembang menjadi larva dan berkembang lagi menjadi individu dewasa.
Manfaat
Selain pakan ternak bekicot merupakan sumber protein hewani yang bermutu tinggi karena mengandung asam-asam amino esensial yang lengkap. Masyarakat yang menggemari makanan dari bahan baku bekicot (sate bekicot dan keripik bekicot) adalah masyarakat Kediri.
Disamping itu bekicot juga kerap dipakai dalam pengobatan tradisional,karena ekstrak daging bekicot dan lendirnya sangat bermanfaat untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti abortus, sakit waktu menstruasi, radang selaput mata, sakit gigi, gatal-gatal, jantung dan lain-lain. Sedangkan kulit bekicot sangat mujarab untuk penyakit tumor. Sejenis obat yang dikenal berasal dari kulit bekicot, dinamakan Maulie., yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti kekejangan, jantung suka berdebar, tidak bisa tidur/insomania, leher membengkak dan penyakit kaum wanita termasuk keputihan.

Jenis bekicot hidup sebagai pembawa parasit

Parasit yang tergolong Snail transmitted Helminths dapat menularkan penyakit dengan perantara bekicot. Golongan Trematoda yaitu adanya sarkaria Trematoda non darah dan telur Fasciola sp, pada golongan Cestoda yaitu adanya telur Taenia sp, Hymenolepis diminuta ((H. diminuta) dan pada golongan Nematoda yaitu adanya telur cacing Tambang.
Tidak semua bekicot terbebas dari infeksi parasit cacing, ada beberapa jenis parasit cacing yang memungkinkan untuk menginfeksi bekicot tersebut, dalam hal ini yang berarti tidak hanya dari golongan Trematoda saja tetapi bisa juga dari golongan Cestoda dan Nematoda, dankondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi keberadaan parasit yang menginfeksi bekicot.

CARA MEMBUDIDAYAKAN BEKICOT
PERSYARATAN LOKASI
Lokasi perlu dipilih yang dekat dengan jalan, agar mudah penanganannya, baik saat pembuatan kandang, saat pengontrolan maupun penanganannya pascapanen, artinya pada saat membawa hasil panen tersebut tidak kesulitan dalam transportasinya. Lokasi yang sesuai untuk budidaya bekicot adalah lokasi yang basah serta lembab dan terlindung dari cahaya matahari secara langsung. Selain itu juga tanah yang disukai adalah tanah yang banyak mengandung kapur sebagai zat untuk pembentukan cangkang.



PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
  1. Perkandangan
         
    Walaupun lahan yang diperlukan tidaklah terlalu luas namun persyaratan mengenai kelembaban dan keteduhan perkandangan perlu diperhatikan, karena dalam aslinya dan untuk berkembang biak secara baik bekicot senang dengan keadaan yang lembab dan teduh. Kandang didirikan di tanah kering, teduh, lembab dengan suhu udara berkisar 25–30 derajat C.
       Cara pemeliharaan bekicot tidak terlalu sulit. Bisa dilakukan   secara terpisah, artinya bekicot yang kecil dipelihara terpisah dari yang besar. Bisa juga dilakukan secara campuran, yaitu bekicot kecil dan besar dipelihara dalam satu kandang tanpa melihat umur/besarnya. Bila dilakukan secara terpisah resikonya harus dibuat beberapa kandang. Fungsi kandang itu antara lain untuk penetasan, pembesaran dan sebagai kandang induk.

Ada tiga cara berternak bekicot di dalam kandang, antara lain:
a.
Kandang kotak kayu

Kandang terbuat dalam lembaran kayu tripleks yang berkaki. Untuk kerangkanya dapat digunakan kayu kaso. Ukuran panjang dan lebar kandang adalah 1 x 1 meter, tinggi 1,25 meter. Di atas kotak tersebut diberi kawat kasa, agar bekicot tidak keluar dari dalam kandang. Sebaiknya di atas kotak perlu dibuatkan tempat berteduh, agar keadaan tempat selalu gelap/tidak langsung kena sinar matahari.
b.
Kandang dari bak semen

Pembuatan kandang ini sama dengan kandang kotak kayu. Dalam bak semen yang perlu diperhatikan adalah alasnya. Untuk menciptakan suasana lembab, alas semen perlu diberi tanah dan cacing untuk menggemburkan tanah dan menyerap kotoran yang dikeluarkan bekicot. Tebal lapisan tanah di dalam bak sekitar 30 cm. Zat-zat makanan yang diperlukan bekicot hendaklah selalu tersedia di dalam bak.
c.
Kandang galian tanah

Tanah digali dengan ukuran panjang, lebar dan tinggi 1 x 1 x 1 m. Perlu diperhatikan sebaiknya tanah galian yang akan digunakan untuk kandang dipilih yang agak kering. Sebaiknya kandang dibuat di bawah pohon yang rimbun, kalau dindingnya terlalu basah perlu diberi lapisan pasir.
  1. Macam-macam Cara Berternak
      Untuk menjaga keadaan selalu gelap, seperti cara pertama dan kedua, di atas kandang perlu dibuatkan bedeng sebagai penutup. Masa panen, bila kandangnya terbuat dari tanah galian, cara pengambilannya dilakukan dengan menggunakan galah yang bisa menjepit bekicot agar bekicot dan telurnya tidak rusak.
  1. Peralatan
    Alat-alat yang diperlukan untuk pembuatan kandang: kayu, semen, bata pasir, kain kasa dan cangkul.

2. Peyiapan Bibit
Tidak semua jenis bekicot cocok untuk dibudidayakan. Dua jenis bekicot yang biasa diternakkan, yaitu spesies Achatina fulica dan Achatina variegata. Ciri bekicot jenis Achanita fulica biasanya warna garis-garis pada tempurung/cangkangnya tidak begitu mencolok. Sedangkan jenis Achatina variegata warna garis-garis pada cangkangnya tebal dan berbuku-buku. Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chicken) /ayam umur sehari:
1)
Pemilihan Bibit Calon Induk

Jika bibit unggul belum tersedia maka sebagai langkah pertama dapat digunakan bibit lokal dengan jalan mengumpulkan bekicot yang banyak terdapat di kebun pisang, kelapa, serta semak belukar. Bekicot yang baik dijadikan bibit adalah yang tidak rusak/cacat yang sementara waktu dan yang besar dengan berat lebih kurang 75-100 gram/ekor.
2)
Reproduksi dan Perkawinan

Bekicot biasanya mulai kawin pada usia enam sampai tujuh bulan ditempat pemeliharaan yang cukup memenuhi syarat. Pada masa kawin bekicot betina mulai menyingkir ke tempat yang lebih aman. Bekicot bertelur di sembarang tempat. Jumlah telurnya setiap penetasan biasanya lebih dari lima puluh butir (50 100). Jumlah produksi telur tergantung masa subur bekicot itu sendiri. Besar telur bekicot tidak lebih dari 2 mm.
3)
Proses Kelahiran

Telur bekicot akan menetas setelah usianya cukup. Pada waktu telur itu menetas dan menjadi anak cangkang, biasanya tidak ditunggui induknya. Begitu bekicot selesai bertelur, telurnya ditinggalkan begitu saja. Telur bekicot akan pecah sendiri melalui proses alam.
Penetasan bekicot hingga menjadi anak tergantung pada keadaan tempat dan waktu tetas. Bilamana tempat itu memenuhi syarat (sempurna) seperti kelembaban tanah, iklim dan cahaya yang mencukupi, maka telur akan cepat menetas. Sebaliknya jika keadaan tanah/iklim kering dan tempatnya kurang menguntungkan maka telur akan lambat menetas.

3. Pemeliharaa.
Pemeliharaan bekicot bisa dilakukan dengan cara terpisah dan bisa juga secara campuran di dalam suatu tempat. Meskipun cara terpisah membutuhkan tempat khusus tetapi ada keuntungannya. Misalnya, anak bekicot bisa diketahui perkembangannya secara tepat, baik besarnya maupun usianya. Dengan demikian, tidak sulit untuk memberikan perawatan secara khusus. Bagi peternak bekicot sangat mudah kiranya apabila perawatan anak bekicot itu dilakukan di tempat khusus. Adapun makanan anak bekicot bisa diberi makanan dengan sejenis ganggang (lumut), pupus daun dan sedikit zat kapur. Harus diingat hendaklah tempatnya selalu teduh dan lembab. Setelah anak bekicot berusia dua/tiga bulan, hendaklah dipindahkan kekandang pembesaran.
Keberhasilan budidaya bekicot tergantung pada cara perawatan dan pemeliharaan teknis selama diternakkan. Beberapa perawatan teknis dalam budidaya bekicot diantaranya meliputi:
1)
Menjaga kelembaban lingkungan

Bekicot sangat suka tempat yang lembab sehingga untuk mempertahankan kelembaban lingkungan dapat digunakan atap atau perlindungan lain. Pada musim panas kelembaban lingkungan dapatdipertahankan dengan menyiramkan air lokasi peternakan setiap hari.
2)
Mempertahankan kondisi likngkungan

Bekicot menyukai tempat yang lembab, namun bukan berarti pada tanah yang becek. Sehingga diperlukan usaha untuk mempertahankan kondisi lingkungan yang sesuai dengan yang dikehendaki bekicot.
3)
Pemberian pakan yang bermutu secara teratur

Agar hasil budidaya berhasil dengan baik diperlukan pemberian pakan yang bermutu dan teratur. Pemberian pakan berpedoman pada mutu pakan dan kebiasaan waktu makan. Mutu makan yang baik akan menentukan kualitas daging bekicot. Mutu pakan yang baik dapat dipenuhi dengan memberi pakan berupa daun-daunan yang disukai dan buah-buahan. Misalnya; daun dan buah pepaya, daun bayam, buah terung mentimun, swai dan lain sebagainya.
4)
Menjaga areal agar tidak dimasuki hewan lain

Agar bekicot dapat tumbuh baiak tanpa gangguan dari hewan yang merupakan musuhnya dan hewan yang dapat merebut makanannya maka lahan budidaya harus dijaga agar tidak dapat dimasuki hewan-hewan lain.
5)
Menjaga bekicot agar tidak keluar dari areal pemeliaraan.

Untuk menjaga agar bekicot tidak keluar dari areal dapat dilakukan hal
sebagai berikut:
a. membuat tutup kandang (bila budidaya bekicot dalam kandang)
b. membuat pagar yang bagian atasnya diolesi dengan detergen
c. menabur abu atau garam disekeliling pagar bagian dalam.

HAMA DAN PENYAKIT

 Sampai saat ini belum banyak diketahui tentang adanya hama atau penyakit yang dapat menyebabkan kematian bekicot, kecuali semut, bebek dan itik.

P A N E N

Dengan pemeliharaan cukup baik, bekicot mulai dapat dipanen setelah 5-8 bulan. secara fisik dapat dilihat apabila panjang cangkang telah mencapai 8-10 Cm, maka bekicot telah siap untuk diambil dagingnya.
Hasil utama dari ternak bekicot adalah dagingnya, yang dapat diolah langsung dengan dibuat sate, keripik, dendeng/masakan segar lainnya dan dapat juga diolah dalam bentuk kalengan. Ada juga permintaan dalam keadan hidup. Disamping itu daging dari bekicot ini dapat dijadikan tepung, yang pengolahannya melalui proses pengeringan terlebih dahulu.


Hasil Tambahan
            Disamping diambil dagingnya, kulit/cangkang bekicot juga laku untuk dijual. Baik untuk bahan dasar obat-obatan/dibuat tepung untuk tambahan makanan untuk hewan ternak yang membutuhkan tepung berbahan dasar yang mengandung zat kapur.


Penangkapan
            Bekicot dikumpulkan di dalam kotak kardus/peti dari kayu dan jangan menggunakan karung goni karena dapat mengakibatkan kulit bekicot pecah. Setelah dimasukkan dalam peti, pertama sekali perlu dilakukan pencucian agar terhindar dari semua kotoran dan lumpur yang melekat pada cangkangnya. Pencucian ini dengan cara menyemprot bekicot dengan air bersih. Setelah itu, Bekicot di karantina selama 1-2 hari/malam tanpa diberikan makan agar kotoran dan lendirnya keluar sebanyak mungkin.



PASCA PANEN
Setelah dilakukan penagkapan dan pengumpulan bekicot lalu dilakukan penyortiran dengan jalan membuang bekicot yang mati atau terlalu kecil untuk diolah. Kemudian dilakukan penggaraman, dengan memberikan garam 10-15% dari berat total bekicot, dengan cara diaduk rata. Penggaraman dapat mematikan bekicot sekaligus mengeluarkan lendir sebanyak mungkin.
Setelah melalui tahapan penggaraman, segera direbus dengan air garam 3% selama 10 menit, kemudian diangkat dan disemprot dengan air dingin, baru dilakukan pencukilan daging. Perebusan kedua dilakukan setelah bagian perut dibuang dan kotoran lainnya dalam larutan garam 3%. Cara ini bertujuan untuk menghilangkan lendir dan daging menjadi lebih lunak. Kemudian daging tersebut dibungkus dan dikemas dalam karton.




DAFTAR PUSTAKA










Maggot (larva lalat)



PEMBAHASAN
1. Karakteik Maggot (larva lalat)
Maggot alias belatung sebenarnya larva lalat Hermetia illucens. Namun, jangan dibayangkan rupa hermetia dewasa itu seperti lalat rumah Musca domestica atau lalat hijau Lucia soricata. Lalat hermetia berwarna hitam pekat sehingga dijuluki black soldier. Sosoknya mimikri - menyerupai bentuk - tabuhan Trypoxylon politum, sebangsa lebah. Hermetia dijumpai hidup di sela-sela tanaman penutup tanah wedelia Wedelia trilobata yang gampang ditemui di sekitar lingkungan tempat tinggal.
BelatungBelatungSaat  menetas, larva instar pertama kira-kira 2 mm, panjang tumbuh sebelum shedding kulit sekitar 5 mm. Larva instar kedua tumbuh menjadi sekitar 10 mm sebelum mereka melepaskan kulit mereka menjadi larva instar ketiga. Larva instar ketiga tumbuh antara 15 mm dan 20 mm sebelum berkelana sebagai pra-kepompong.
           



Gambar 1 : Larva Instar I                                           Gambar 2 : Larva Instar II
                                                                         



Belatung
 




Gambar 3 : Larva instar III
Maggot (larva lalat) adalah mesin makan yang luar biasa. Ujung-ujung depan mereka dipersenjatai dengan mulut kait yang digunakan untuk mengoyak daging busuk/mayat. Ujung belakang mereka terdiri dari sebuah kamar, di mana anus mereka dan posterior terletak pada spiracles. (Mereka juga memiliki spiracles anterior). Spiracles digunakan untuk bernapas, dan kepemilikan spiracles di lokasi posterior membuat belatung dapat makan 24 jam sehari.
Antara kepala dan ekor blatung  terdapat otot, tersegmentasi tubuh, usus sederhana dan sepasang kelenjar ludah yang sangat besar. Mereka menggeliat dengan mudah melalui mayat, mensekresi enzim pencernaan dan menyebarkan bakteri pembusuk yang membantu menciptakan lingkungan tebal.
2. Kandungan Gizi Maggot
Maggot kaya nutrisi, kandungan protein maggot mencapai 40%. Kadar ini lebih tinggi ketimbang nilai protein pelet buatan, sekitar 20 - 25% .Protein penting bagi kelangsungan hidup ikan, terutama untuk pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Mari kita lihat asam amino yang dikandung oleh maggot melalui Analisa Proksimat  yang memang dibutuhkan oleh ikan.
Methionine          0.83 gram/100 gram protein
l-ys'ne                2.21 gram/100 gram protein
Isoleudne             1.51 gram/100 gram protein
Hlstidlne              0.96 gram/100 gram protein
Leucme               2.61 gram/100 gram protein
Phenylalanie        1.49 gram/100 gram protein
valine                  1.77 gram/100 gram protein
l-AI'8'mne           1.77 gram/100 gram protein
Threonine           1 .41 gram/100 gram protein
Tryptophan          0.59 gram/100 gram protein
Hasil uji maggot sebagai pakan memakai ikan hias langka asal perairan di Jambi dan Kalimantan Barat, balashark Balantiochelius melanopterus berbobot 1 - 2 g/ekor memuaskan. Asupan 70% pelet udang dan 30% maggot sebagai pakan selama 12 pekan membuat ikan balashark tumbuh 3 kali lebih besar daripada kontrol yang diberi 100% pelet udang. Tingkat kelulusan hidup alias survival rate balashark naik 2 kali lipat menjadi 90% dari sebelumnya 65% pada fase pembesaran.
Begitu pula daya tahan ikan yang masuk daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) terhadap penyakit itu terdongkrak berlipat ganda. Indikasi ini tergambar jelas dari peningkatan jumlah sel darah putih dari 2-juta sel/mm3 menjadi di atas 3-juta sel/mm3. Di tubuh, sel darah putih adalah pasukan tempur penggempur penyakit. Sel darah merah yang bertugas menyebarkan sari-sari makanan ke seluruh tubuh pun melambung sampai 4.500 sel/mm3 dari sebelumnya 2.800 sel/mm3. Efeknya sari-sari makanan lebih cepat diserap tubuh menjadi energi.
Di luar maggot yang berbasis protein hewani, kiambang Lemna minor juga potensial menjadi pakan lele. Kadar proteinnya setara maggot, 43%. Itu yang terungkap dari penelitian pascasarjana R Zaenal Arifin di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung (SITH ITB). Menurut Zaenal kiambang yang dibuat tepung dapat menggantikan tepung ikan hingga 45%.
 Percobaan pelet yang dibuat dari campuran 55% tepung ikan dan 45% kiambang memacu pertumbuhan lele sangkuriang hingga 2,91% bobot tubuh per hari. Jika digunakan dalam budidaya lele pada kolam seluas 1.000 m2 dengan padat tebar 200 ekor/m2, pemakaian pelet ini dapat menekan biaya pakan sampai Rp400.000/siklus budidaya.
Jumlah itu terbilang kecil, sekitar 8% dari total biaya pakan. Namun, sejatinya penggunaan kiambang sebagai pengganti pelet bisa dioptimalkan jika difermentasi dulu. 'Kiambang segar masih kaya serat, sehingga sulit dicerna ikan karnivor seperti lele,' ujar Dr Gede Suantika, peneliti akuakultur SITH ITB. Fermentasi bertujuan menurunkan kadar oligosakarida dan menghilangkan Anti Nutrition Factor (ANF)-nutrisi yang sulit dicerna dan menghambat pertumbuhan ikan.

3.    Manfaat Maggot dalam Dunia Perikanan
Riset LRBIHAT memakai ikan hias botia Chromobotia macracanthus menunjukkan hasil serupa. Botia umur sebulan yang diberi pakan maggot pertumbuhannya terdongkrak 2 kali lipat ketimbang ikan asal sungai-sungai di Sumatera dan Kalimantan itu yang diasup pakan bloodworm dan cacing tanah.
Uji lain memakai ikan konsumsi seperti lele Clarias gariepinus, nila Oreochromis niloticus, dan toman Chana micropeltes memperlihatkan efek sama. Pengujian tim Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi pada Januari - Desember 2006 pada lele bahkan menunjukkan penurunan signifikan nilai FCR (rasio konversi pakan). Dengan memakai campuran 50% maggot pada pakan pelet, nilai FCR turun menjadi 1,16 dari sebelumnya, 1,42. Di sini ada selisih nilai FCR sebesar 0,26. Artinya untuk mencetak sekilo lele cukup membutuhkan 1,16 kg pakan.
Pembesar lele di Kulonprogo, Yogyakarta, membutuhkan 350 kg pelet selama 2 bulan untuk membesarkan 4.000 bibit ukuran 3 - 5 cm. 'Ini dengan FCR sekitar 1,1. Dengan asumsi nilai FCR turun menjadi 0,9 setelah pakan dicampur 50% maggot, maka dapat menghemat pakan sebanyak 63 kg. Bila dikonversikan ke nilai rupiah dengan berpatokan harga per sak pelet isi 30 kg berkisar Rp190.000 - Rp200.000, ia mengirit Rp380.000 - Rp400.000.
4. Maggot sebagai pengganti Pelet
Maggot ternyata mampu menggantikan pelet sebagai pakan ternak alternatif untuk ikan. Selain kandungan gizinya tinggi, larva serangga itu juga ramah lingkungan karena tidak mengandung bahan pengawet dalam pembiakannya. Berikut temuan penelitian selengkapnya.
Selain mengetahui seluk-beluk bibit ikan yang bagus, beternak ikan juga harus memahami kondisi fisik air kolam pemeliharaan. Lalu, kejelian dalam memilih pakan juga diperlukan untuk menunjang keberhasilan budi daya ikan.
Pakan berfungsi sebagai sumber energi dan materi kehidupan dalam budi daya ikan. Karena itu, pakan mempunyai pengaruh penting terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Selama ini hampir sebagian besar peternak ikan masih mengandalkan pelet sebagai pakan ikan. Selain mudah didapat dan awet, proses pembuatannya relatif mudah. Karena itu, peternak bisa memproduksinya sendiri. Sayang, pelet berbahan pengawet dan mengakibatkan rusaknya lingkungan perairan. Pelet yang tidak termakan oleh ikan pun akan meninggalkan sisa. Ini menjadikan air keruh dan kotor.
Untuk itu, diperlukan alternatif pakan ikan alami. Salah satunya adalah maggot. Inilah yang mendorong Hartoyo dan Purnama Sukardi, peneliti dari Pusat Ahli Teknologi dan Kemitraan (Pattra) Lembaga Penelitian Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, meneliti makanan alternatif untuk ikan peliharaan. Peneliti ingin mencari pakan ikan alami yang ramah lingkungan. Memproduksi pakan ikan alami memang bukan hal mudah. Tapi, hal itu bukanlah pekerjaan sulit. Persoalannya terletak pada sarana dan prasarana yang tergolong cukup mahal untuk ukuran ekonomi masyarakat pedesaan secara umum. Selain itu, diperlukan keahlian khusus dalam pengoperasiannya. Pakan sebagai makanan ikan yang baik harus mengandung nilai gizi tinggi dan seimbang.
 Gizi utama dalam pakan ikan setidaknya mengandung unsur protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan air. Meski begitu, kebutuhan nutrisi ikan berubah-ubah dipengaruhi oleh berbagai faktor. Misalnya, jenis, ukuran, dan aktivitas ikan, dan macam pakan. Faktor lingkungan tempat ikan hidup juga berpengaruh. Misalnya, suhu air dan kadar oksigen terlarut dalam kolam. Jumlah pakan yang dibutuhkan ikan setiap hari berhubungan erat dengan bobot dan umurnya. Namun, persentase jumlahnya semakin berkurang dengan bertambahnya ukuran dan umur ikan. Rata-rata jumlah pakan harian yang dibutuhkan seekor ikan adalah 3 persen – 5 persen dari bobot total tubuhnya. Ikan berukuran kecil dan berumur muda membutuhkan jumlah pakan lebih banyak daripada ikan dewasa berukuran besar. Kebutuhan akan nutrisi ikan kecil juga lebih tinggi. Terlebih pada kebutuhan unsur proteinnya. Misalnya, ikan dengan bobot 250 gram, kebutuhan pakan harian 1,7 persen – 5,8 persen dari biomassanya. Sementara ikan yang bobotnya 600 gram, kebutuhan pakan hariannya hanya 1,3 persen – 3 persen dari biomassanya.
Protein berfungsi membentuk dan memperbaiki jaringan dan organ tubuh yang rusak. Pada kondisi tertentu protein digunakan sebagai sumber energi pada proses metabolisme. Karena itu, kadar protein pakan yang rendah akan menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi lambat. Daya tahan ikan juga menurun sehingga ikan akan mudah terserang penyakit.








 






Gambar 4 : Maggot yang dikeringkan
Maggot berasal dari telur lalat yang mengalami metamorfosis pada fase kedua setelah fase telur dan sebelum fase pupa yang kemudian berubah menjadi lalat dewasa. Larva itu hidup pada daging yang membusuk. Kadang juga menginvestasi pada luka hewan yang masih hidup. Termasuk pada manusia. Hasil penelitian menunjukkan, maggot ternyata bisa dikembangbiakkan pada media tertentu. Salah satunya limbah tahu. Dengan menambahkan ikan asin, ampas tahu ternyata cukup efektif menjadi media pembiakan maggot. Ikan asin berfungsi sebagai penarik lalat agar bertelur pada media yang kemudian menjadi maggot. Dalam prosesnya, penambahan ikan asin tidak boleh melebihi separo atau 50 persen dari berat ampas tahu. Pembiakan paling efektif jika ditambahkan 20 persen ikan asin dari berat ampas tahu. Bagaimana bila ampas tahu tidak ditambah dengan ikan asin? Atau ampas tahu dicampur ikan asin yang melebihi 50 persen dari ampas tahu? Yang terjadi adalah percuma karena tidak dapat menghasilkan maggot. Artinya, hal itu mengindikasikan bahwa lalat membutuhkan perbandingan ampas tahu dan ikan asin atau rucah dengan komposisi perbandingan tertentu secara tepat.
            Ikan asin atau ikan rucah berfungsi sebagai makanan maggot yang telah jadi. Keberadaannya juga diperlukan sebagai daya tarik lalat untuk bertelur pada media tersebut. Walaupun demikian, perbandingan ampas tahu dan ikan asin tidak berpengaruh terhadap kandungan protein pada maggot. Mengapa ampas tahu? Salah satu alasannya, selain untuk mengurangi pencemaran lingkungan, khususnya perairan, pada tepung ampas tahu masih terdapat kandungan gizi. Yaitu, protein (23,55 persen), lemak (5,54 persen), karbohidrat (26,92 persen), abu (17,03 persen), serat kasar (16,53 persen), dan air (10,43 persen).
Ketika ampas tahu dipilih untuk dijadikan media, diharapkan terjadi transfer energi dari ampas tahu pada maggot yang dihasilkan. Selain itu, sebagai limbah, ampas tahu mudah didapatkan dengan harga relatif terjangkau. Hal itu menjadikan teknologi pembiakan maggot merupakan teknologi yang murah dan mudah diaplikasikan. Diharapkan ada teknologi yang lebih aplikatif dan sederhana untuk memanfaatkan limbah ampas tahu sebagai pakan ikan, sehingga masyarakat mudah melakukannya. Selama ini para petani ikan sudah memanfaatkan limbah ampas tahu untuk pakan ikan. Namun, hal itu dilakukan secara langsung tanpa melalui proses terlebih dahulu. Padahal, ampas tahu tidak bisa diberikan kepada semua jenis ikan. Selain itu, hal ini dapat berdampak negatif, baik pada ikan maupun lingkungan hidup. Terlebih limbah tahu cair, yaitu sisa air tahu yang tidak menggumpal sehingga mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut. Selanjutnya, terjadi perubahan secara fisika, kimia, dan hayati yang menghasilkan zat beracun. Tentu hal itu menjadi media potensial bagi tumbuhnya kuman penyakit.


5. Pembudidayaan Maggot
Memperbanyak maggot dapat dilakukan dengan mudah yaitu menggunakan media limbah bungkil kelapa sawit. Dan untuk lebih jelasnya kami jabarkan dibawah ini agar para pembaca dapat mengambil manfaat dan tentu saja menerapkannya dalam unit usaha budidayanya.
Bahan :
Bungkil kelapa sawit diayak 50 Kg, air 75 Kg, jeroan 25 Kg, Black soldier, Hermetic Hlucens, wdah peneluran.
Langkah kerja :
  1. Semua bahan yang ada dicampurkan, kemudian ditaruh dalam wadah drum ditutup rapat sehingga terjadi reaksi fermentasi.
  2. Fermentasi dilakukan selama 21 hart
  3. Setelah itu taruh hasil fermentasi  dalam wadah peneluran yang akan mengundang kedatangan Black
  4. soldier untuk bertelur dipinggiran drum. Telur yang dihasilkan berwarna putih susu kekuningan
  5. Telur tersebut dipindahkan kedalam wadah penetasan dalam bentuk apa saja karena tidak memerlukan kandang tertentu. Setelah 12 hari telur akan menetas dan menjadi apa yang kita sebut Maggot
  6. Setelah pemeliharaan 12 hari Maggot tersebut dapat langsung kita berikan

                    












 




















 






Gambar 5 : Proses Pemeliharaan Larva  Maggot
Selain menggunakan bungkil kelapa sawit juga dapat menggunakan ampas tahu tetapi jenis lalat yang digunakan berbeda yaitu Calliphora sp, lalat hijau, untuk menghasilkan maggot dari jenis lalat ini memerlukan kandang induk/ shelter dengan kantong untuk pemanenan yang didalamnya diberikan limbah insang sebagai atraktan dan selama pemeliharaan diberikan ampas tahu. Setelah D5 Maggot tersebut dapat digunakan sebagai pakan terkadang diberikan enrichment buah galinggem, selain sebagai vitamin juga merubah maggot menjadi lebih berwarna kemerahan sehingga menarik perhatian beberapa jenis ikan untuk melahapnya.

Maggot yang menjijikkan ini diharapkan menjadi salah satu jalan keluar agar pembudidaya dapat menggunakan limbah yang ada seperti ampas tahu yang dulu dibuang dpat digunakan sebagai pakan induk Calliphora sp, lalat hijau untuk menghasilkan maggot. Limbah yang tadinya hanya untuk dibuang ternyata jika diteliti kembali dapat digunakan mrnjadi sesuatu yang berguna, ini juga seharusnya menjadi motivasi para generasi muda yang bergerak di bidang perikanan untuk terus berkarya dan menemukan inovasi terbaru.
Bagaimana halnya dengan usaha perikanan di daerah-daerah yang notabene sumberdaya kelapa sawitnya tidak ada. Berbagai bahan lokal sebagai pengganti bungkil kelapa sawit banyak terdapat di sekitar lokasi budidaya. Pembudidaya ikan dapat mensiasati dengan memanfaatkan limbah industri yang relatif murah dan mudah diperoleh. Limbah industri yang biasanya hampir terdapat di setiap daerah adalah limbah ampas tahu. Dengan memegang prinsip bahwa larva maggot hidup pada daging yang membusuk, kita dapat memanfaatkan daging keong mas yang terkadang menjadi hama baik di sawah maupun kolam.
Pemanfaatan keong mas didasari bahwa murah, mudah diperoleh dan tidak berkompetisi dengan konsumsi manusia seperti halnya ikan asin atau ikan lainnya. Keberadaan keong mas diperlukan sebagai daya tarik lalat untuk bertelur pada media tersebut. Prinsip produksi maggot dengan media ampas tahu tidak jauh berbeda dengan menggunakan media kelapa sawit. Pemanfaatan berbagai macam media tidak mempengaruhi kandungan protein dari belatung itu sendiri.
Teknologi produksi belatung atau maggot ini merupakan teknologi yang murah, ramah lingkungan dan mudah diaplikasikan oleh segenap lapisan masyarakat. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah lokasi produksi belatung, tidak terlalu dekat dengan pemukiman. Hal ini untuk menghindari bau yang tidak sedap yang dapat menggangu masyarakat di sekitarnya.
6.Peluang Maggot dalam Dalam Dunia Perikanan
Peluang maggot menjadi pakan alternatif ikan memang terbuka lebar. Apalagi ia dapat menggantikan fungsi tepung ikan sebagai sumber protein pada pelet. Selama ini pabrik-pabrik pakan di tanahair masih bergantung pada tepung ikan impor dari negara Amerika Latin seperti Chili dan Peru. Berdasarkan data LRBIHAT impor tepung ikan Indonesia mencapai US$200-juta setiap tahun.
Produsen pakan ikan di Pakanbaru Jutie Limin, menuturkan konsumsi tepung ikan perusahaan miliknya dengan kapasitas produksi 100 - 200 kg pelet per hari meningkat 50% dibandingkan 3 tahun lalu. Kini pemilik Mutiara Mas Aquarium di bilangan Jalan Riau itu menyerap sampai 1 ton per bulan tepung ikan yang dipasok dari agen di Medan, Sumatera Utara. Komposisi tepung ikan pada pelet mencapai 20 - 30%.
Tidak selamanya negara produsen bisa menjamin pasokan tepung ikan. Itu paling tidak terlihat dari gejolak harga pakan berbahan baku tepung ikan impor yang banyak membuat peternak ketar-ketir. Contoh pelet lele. Sekitar 8 tahun lalu per sak isi 30 kg hanya Rp78.000, kini mencapai Rp190.000 - Rp200.000. 'Biaya pakan pelet menyerap 80% ongkos produksi,' kata Mirsi, peternak lele paiton di Cilegon, Provinsi Banten.
Maka dari itu munculnya maggot sebagai sumber pengganti tepung ikan sangat dinantikan. 'Tepung ikan berasal dari ikan tangkapan laut yang kini jumlah penangkapannya terus menurun. Padahal, kebutuhan pakan untuk ikan budidaya terus meningkat seiring meningkatnya konsumsi ikan akibat pertambahan jumlah penduduk,' kata Melta Rini. Saat ini konsumsi ikan Indonesia sekitar 15 kg/kapita/tahun. Jauh di bawah standar FAO sebesar 25 kg/kapita/tahun.
Maggot tidak sulit dibudidayakan. Media ampas tahu, tapioka, dan palm kernel meal alias bungkil kelapa sawit, dapat dipakai membiakkan larva lalat. Yang membedakan ragam media itu adalah produksi maggot. Sejauh ini media bungkil kelapa sawit terbaik. Riset LRBIHAT menunjukkan dengan 3 kg bungkil dapat diproduksi 1 kg maggot. Ampas tahu? Dengan jumlah sama paling pol menghasilkan 0,25 - 0,5 kg maggot.